Banjirnya produk lampu hemat energi (LHE) asal China di pasar dalam negeri tidak terlepas dari kelemahan kebijakan pemerintah sendiri. “Kebijakan yang saat ini masih ada celah hingga produk LHE dari China bisa masuk,” jelas John Manoppo, Ketua Umum Asosiasi Perlampuan dan Alat listrik Indonesia (Asperlindo).
Selama ini, ia mengaku kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukup baik karena bertujuan ingin mengangkat produk lampu dalam negeri atau produk lokal. Seperti Permendag No 44. Peraturan ini merupakan roh dari Permendag No 56 yang mengatur impor beberapa komoditas di antaranya barang elektronika termasuk produk lampu.
Namun Permendag No 56 ini menjadi kurang efektif, karena ada kebijakan lain yang memberi celah terutama ketentuan yang terkait dengan pos tarif.
Pada ketentuan pos tarif (HS) yang lama, John mengungkapkan ada dua item produk yang dikenakan masing-masing lampu swa ballast untuk pelayanan pencahayaan umum, persyaratan keselamatan (HS 08512209000 dan HS 08536201000) serta tusuk kontak dan kotak kontak (HS 8539319020) dan lampu ballast untuk pelayanan pencahayaan umum, persyaratan keselamatan (HS 8539.31.900).
Seharusnya bukan tusuk kontak dan kotak kontak, tapi lampu fluoresensi kompak (HS 8539319020) dan lampu swa ballast untuk pelayanan pencahayaan umum, persyaratan keselamatan seharusnya lain (HS 8539.31.90.900.
Kesalahan penetapan pos tarif (HS) inilah yang dipakai para importir untuk memasukkan produk lampu dari luar. Sehingga produk lampu abal-abal bisa mendompleng masuk.
Akibat impor LHE terus melonjak selama beberapa tahun terakhir melonjak drastis. Tahun 2009, jumlah lampu hemat yang masuk mencapai 136 juta atau naik 40 juta dibanding setahun sebelumnya yang hanya 96 juta lampu.
Sementara utilisasi industri LHE di dalam negeri hanya 15 persen. “Ini sangat menyedihkan,” terangnya.
Terkait dengan itu, pihaknya akan mengusulkan kepada Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan untuk memasukkan kembali pos tarif tersebut. “Saya akan minta agar pemerintah mengubahkan kembali pos tarif untuk produk lampu hemat energi sehingga bisa diawasi,” kata John.

No comments:
Post a Comment