Search...

4.8.10

Lampu Hemat Energi vs. Lampu Pijar




cimg4656.jpg
Salah satu upaya penghematan lampu tidak terlepas pada satu hal yang sangat penting, yaitu menentukan jenis lampunya. Pilihlah lampu yang paling tepat. satu hal yang perlu kita ketahui, watt besar tidak berarti lampu tersebut lebih terang, tapi watt besar sudah pasti berarti biaya pengoperasian (tagihan listrik) lebih mahal ^_^
Untuk memilih lampu, ada beberapa kriteria yang perlu kita ketahui, antara lain :
a. Color temperature (temperature warna)
ct.jpg
Merupakan warna cahaya yang diterima ketika melihat ke sumber cahaya. Temperature warna ini membuat kita seolah-olah merasakan kehangatan suatu ruangan. Tiap lampu memiliki temperature warna yang berbeda (dilambangkan dengan Kelvin (K)). Setiap lampu yang memiliki temperature warna yang sama akan memiliki tampilan warna yang sama. Semakin tinggi tingkat temeperatur warna suatu lampu, suasana ruangan yang ditimbulkan akan semakin dingin. Berikut merupakan table color temperature :
tabel-ct.jpg
Apa perbedaan tampak objek yang kita lihat di bawah sumber cahaya yang memiliki temperature warna yang berbeda? Perhatikan gambar berikut :
ct1.jpg
Jadi, untuk ruangan yang perlu suasana penuh kehangatan (kamar, ruang keluarga) gunakan lampu yang termasuk pada criteria warm. Sedangkan untuk tempat kerja, sebaiknya gunakan lampu dengan kategori cool.
b. Color rendering (renderasi warna)
render1.jpg
Renderasi warna merupakan efek cahaya pada objek yang ditangkap mata, yang ditimbulkan oleh cahaya (symbol : Ra). Semakin besar renderasi lampu suatu warna, warna objek yang terlihat oleh mata akan semakin mendekati warna aslinya, atau bahkan semakin baik.
render.jpg
Color temperature dan color rendering pada sebuah lampu dapat kita ketahui karena biasanya tertulis pada lampu.
tabel-2.jpg
tabel perbandingan renderasi warna dan temperatur warna dari beberapa lampu
tabel-ct-rc.jpg
c. Lumen output (lumen)
Merupakan jumlah cahaya yang dikeluarkan setiap detiknya oleh sumber cahaya. Biasanya, untuk jenis lampu yang sama, semakin besar watt-nya, semakin tinggi lumen outputnya. Semakin besar lumen output, berarti semakin terang warna yang dihasilkan.
d. Efficacy (lumen/watt)
Merupakan konsumsi listrik untuk dapat mengeluarkan banyaknya cahaya dari lampu. Perbedaan lampu hemat energy dan lampu pijar terletak pada efficacy ini. Lampu hemat energy 5 watt memiliki kuat terang yang sama dengan lampu pijar 25 watt. Berarti, untuk menghasilkan kuat terang yang sama, lampu pijar memiliki daya yang jauh lebih kecil, ini berarti kita menghemat konsumsi daya, yang berarti penghematan listrik.
tabel-efficacy.jpg
e. Life time (hours)
Life time atau umur lampu berpengaruh pada seringnya kita mengganti lampu. Lampu hemat energy biasanya memiliki umur lampu yang jauh lebih lama dibandingkan dengan lampu pijar.
Berikut merupakan table perbedaan lumen output, efficacy, dan umur dari beberapa jenis lampu :
tabel-2.jpg
tabel-3.jpg
Selain itu, lampu hemat energy memiliki bentuk yang kompak dan sama ukurannya dengan lampu pijar, sehingga dapat dipasang di semua jenis downlight. Yang membuat lampu hemat energy membutuhkan energy yang lebih sedikit adalah karena lampu HE memakai ballast elektronik. Ballast elektronik ini berfungsi sebagai pembatas arus sehingga energy listrik yang diambil oleh lampu tersaring ballast dan tidak langsung menuju ke kawat pijar lampu. Hebatnya, teknologi yang ada pada ballast elektronik mampu memancarkan cahaya yang sama ternagnya dengan lampu biasa.
Harga lampu hemat energy memang memiliki harga yang lebih mahal disbanding lampu pijar biasa, berkisar antara Rp.17.000 – Rp.100.000, tergantung pada jenis dan ketahanan lampu. Memang pada awalnya memerlukan modal yang lebih besar, namun keuntungan dapat dirasakan dari keawetan dan kebutuhan daya yang lebih rendah untuk satu tingkat ternag yang dihasilkan. Mahal di awal, untung banyak kemudian ^_^
Berikut merupakan simulasi perhitungan lampu hemat energy vs lampu pijar :
(sumber : PT. Osram Indonesia)
simulasi.jpg
Jadi, setelah informasi yang tidak sedikit ini, semoga kita sudah lebih paham dalam memilih lampu untuk rumah kita. Apalagi setelah pemilihan lampu yang hemat energy, kita sendiri juga bisa mengefisiensikan pengoperasian lampu di rumah kita. Waaah.. hemat sekali!!! Hemat energy, berarti mengantisipasi krisis energy. Untung buat diri kita, untung juga buat semua orang. Dimulai dari rumah, kan… ^_^.
http://prestylarasati.wordpress.com/2008/03/30/lampu-hemat-energy-vs-lampu-pijar/

Tips Ganti Bola Lampu Pijar

Mengganti bola lampu pijar atau Neon Box atau bohlam memang mudah. Tapi jika tidak hati-hati justru bisa berakibat fatal seperti kesetrum dan kebakaran karena konsleting listrik PLN. Bola lampu memiliki keterbatasan yakni umur. Jadi cepat atau lambat bola lampu atau Neon Box yang ada di rumah anda akan mengalami keausan. Maka untuk itu Anda harus secepatnya mengganti dengan yang baru.

Berikut ini adalah beberapa tips yang mungkin berguna bagi anda yang berhubungan dengan bola lampu atau Neon Box:

1. Matikan Listrik dengan mencabut sekering.
Agar anda tidak kesetrum listrik sebaiknya anda pastikan dulu bahwa saklar lampu dalam keadaan tombol mati bila perlu cabut sekering listrik anda.

2. Lampu Pecah Gunakan
buah-buahan atau sayur-sayuran keras untuk ditusuk ke lampu yang pecah agar gampang diputar untuk dilepas dari tempatnya.

3. Pengganti Lampu
Jangan menyuruh anak-anak untuk mengganti lampu atau Neon Box yang ada di atas langit-langit karena berbahaya kalau bercanda bisa kesetrum atau terjatuh.

4. Tangga atau Pijakan yang Kuat
Pastikan tangga kuat dan tidak oleh atau goyang-goyang. Lebih baik pakai pijakan yang lebih kuat seperti bangku atau meja. Jatuh dari ketinggian satu atau dua meter bisa menyebabkan kecelakaan yang fatal.

5. Tangan Kering dan pakai alas kaki
Tangan kita jangan dalam keadaan basah atau kena air dan sebaiknya pakai alas kaki yang kering juga waktu mengganti lampu. Alas kaki fungsinya sebagai isolator agar jika tersengat listrik/kesetrum aliran listrik tidak mengalir ke bumi sehingga anda tidak merasakan kalau anda sedang kesetrum listrik.

6. Lampu Berkualitas dan hemat energi
Gunakan lampu atau Neon Box yang berkualitas agar tidak mudah rusak dan tahan lama. Dengan begitu kita tidak harus sering-sering ganti lampu. Hemat energi juga sudah menjadi keharusan kita bersama, karena negara kita sedang krisis energi listrik. Kalau beban listrik sudah maksimal, maka yang dapat dilakukan pln adalah pemadaman listrik secara bergilir yang tentu saja sangat mengganggu kenyaman kita yang terbiasa dengan perabotan dan peralatan yang menggunakan energi listrik.

http://cvastro.com/

Lampu Pijar

Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
Lampu pijar dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan (voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan dioda cahaya, maka secara bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.
Di samping memanfaatkan cahaya yang dihasilkan, beberapa penggunaan lampu pijar lebih memanfaatkan panas yang dihasilkan, contohnya adalah pemanas kandang ayam, dan pemanas inframerah dalam proses pemanasan di bidang industri.

Sejarah

Pengembangan lampu pijar sudah dimulai pada awal abad XIX Sejarah lampu pijar dapat dikatakan telah dimulai dengan ditemukannya tumpukan volta oleh Alessandro Volta. Pada tahun 1802, Sir Humphry Davy menunjukkan bahwa arus listrik dapat memanaskan seuntai logam tipis hingga menyala putih. Lalu, pada tahun 1820, Warren De la Rue merancang sebuah lampu dengan cara menempatkan sebuah kumparan logam mulia platina di dalam sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya. Hanya saja, harga logam platina yang sangat tinggi menghalangi pendayagunaan penemuan ini lebih lanjut. Elemen karbon juga sempat digunakan, namun karbon dengan cepat dapat teroksidasi di udara; oleh karena itu, jawabannya adalah dengan menempatkan elemen dalam vakum.
Pada tahun 1870-an, seorang penemu bernama Thomas Alva Edison dari Menlo Park, negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, mulai ikut serta dalam usaha merancang lampu pijar. Dengan menggunakan elemen platina, Edison mendapatkan paten pertamanya pada bulan April 1879. Rancangan ini relatif tidak praktis namun Edison tetap berusaha mencari elemen lain yang dapat dipanaskan secara ekonomis dan efisien. Di tahun yang sama, Sir Joseph Wilson Swan juga menciptakan lampu pijar yang dapat bertahan selama 13,5 jam. Sebagian besar filamen lampu pijar yang diciptakan pada saat itu putus dalam waktu yang sangat singkat sehingga tidak berarti secara komersial, Untuk menyelesaikan masalah ini, Edison kembali mencoba menggunakan untaian karbon yang ditempatkan dalam bola lampu hampa udara hingga pada tanggal 19 Oktober 1879 dia berhasil menyalakan lampu yang mampu bertahan selama 40 jam.

Konstruksi

Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari kaca, filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.
Incandescent light bulb.svg
  1. Bola lampu
  2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
  3. Filamen wolfram
  4. Kawat penghubung ke kaki tengah
  5. Kawat penghubung ke ulir
  6. Kawat penyangga
  7. Kaca penyangga
  8. Kontak listrik di ulir
  9. Sekrup ulir
  10. Isolator
  11. Kontak listrik di kaki tengah

Bola lampu

Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu pijar disebut dengan bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk lustre. Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau buram, dan warna merah, hijau, biru, atau kuning.

Gas pengisi

Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa udara namun belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah seperti argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi. Konstruksi lampu halogen juga menggunakan prinsip yang sama dengan lampu pijar biasa, perbedaannya terletak pada gas halogen yang digunakan untuk mengisi bola lampu.

Kaki lampu

Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14.

[sunting] Operasi

Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah sebuah resistor. Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin.. Ini menyebabkan warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang kasatmata. Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam.
Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna benda yang disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna lampu pijar mendekati 100.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/08/Filament.jpg/300px-Filament.jpg

Foto yang sangat diperbesar dari filamen lampu pijar 200 Watt.

Lampu putus

Karena temperatur kerja filamen lampu pijar yang sangat tinggi, lambat laun akan terjadi penguapan pada filament. Variasi pada resistansi sepanjang filamen akan menciptakan titik-titik panas pada posisi dengan nilai resistansi tertinggi.. Pada titik-titik panas tersebut filamen wolfram akan menguap lebih cepat yang mengakibatkan ketebalan filamen akan semakin tidak merata dan nilai resistansi akan meningkat secara lokal; ini akan menyebabkan filamen pada titik tersebut meleleh atau menjadi lemah lalu putus. Variasi diameter sebesar 1% akan menyebabkan penurunan umur lampu pijar hingga 25%.
Selain menyebabkan putusnya lampu, penguapan filamen wolfram juga menyebabkan penghitaman lampu. Elemen wolfram yang menguap pada lampu pijar akan mengendap pada dinding kaca bola lampu dan membentuk efek hitam. Lampu halogen menghambat proses ini dengan proses siklus halogen.

Efisiensi

Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan efikasi luminus adalah nilai yang menunjukkan besar efisiensi pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam satuan lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata.
Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar 100W biasanya adalah 1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5 lumen per Watt. Sementara itu pada tegangan 230 volt seperti yang digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380 lumen atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya putih "ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk cahaya pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia sangatlah peka. Efisiensi yang sangat rendah ini disebabkan karena pada temperatur kerja, filamen wolfram meradiasikan sejumlah besar radiasi inframerah.
Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa jenis lampu pijar biasa bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.

Jenis
Efisiensi lampu
lumen/Watt
Lampu pijar 40 Watt
1.9%
12.6
Lampu pijar 60 Watt
2.1%
14.5
Lampu pijar 100 Watt
2.6%
17.5
Radiator benda hitam 4000 K ideal
7.0%
47.5
Radiator benda hitam 7000 K ideal
14%
95
Sumber cahaya monokromatis 555 nm (hijau) ideal
100%
683


Karena efisiensi lampu pijar yang sangat rendah, beberapa pemerintah negara mulai membatasi peredaran lampu pijar. Contoh negara-negara yang mulai membatasinya adalah Australia, Amerika Serikat, Brasil, Inggris Raya, Irlandia, Kanada, Kuba, Selandia Baru, Swiss, Uni Eropa dan Venezuela.

 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Lampu_pijar

Lampu Hemat Energi (LHE) & Ballas Elektronik (BE)

Masyarakat masih banyak yang belum mengenal atau belum memahami apa yang dimaksud dengan Lampu Hemat Energi (LHE) dan Ballas Elektronik (BE). Masyarakat cenderung memilih lampu yang murah dan mudah sisapat di pasaran, namun kenyataannya tidak hemat energi, yaitu lampu jenis pijar (Incandescent)

 
Sejarah Perlampuan
Sejarah perkembangan perlampuan bermula pada puluhan abad yang lalu dari suatu penemuan manusia yang membutuhkan penerangan (cahaya buatan) untuk malam hari dengan cara menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api/cahaya, kemudian dari api dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyalan hingga membentuk sekumpulan cahaya dan seterusnya samapi ditemukan bahan bakar minyak dan gas yang dapat digunakan sebagai bahan penyalaan untuk lampu obor, lampu minyak maupun lampu gas. Teknologi berkembang terus dengan ditemukannya lampu listrik oleh Thomas Alpha Edison pada tanggal 21 Oktober 1879 di laboratorium Edison-Menlo Park, Amerika. Prinsip kerja dari lampu listrik tersebut adalh dengan cara menghubung singkat listrik pada filamen carbon ( C ) sehingga terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas. Panas yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang didapat pada waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus cahaya). 
Baru lima puluh tahun kemduian, tepatnya Th 1933 filamen carbon diganti dengan filamen tungsten atau Wolfram (=wo) yang dibuat membentuk lilitan kumparan sehingga dapat meningkatkan Eficacy lampu menjadi + 20 Lumen/W. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut sistem pemijaran (Incondescence). Revolosi teknologi perlampuan berkembang dengan pesatnya. Pada tahun 1910 pertama kali digunakan lampu luah (discharge) tegangan tinggi. Prinsip kerja lampu ini menggunakan sistem emisi-elektron yang bergerak dari Katoda menuju Anoda pada tabung lampu akan menumbuk 'atom-atom media gas yang ada di dalam tabung tersebut, akibat tumbukan akan menjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut Luminescence (berpendarnya energi cahaya keluar tabung). 
Media gas yang digunakan dapat berbagai macam. Tahun 1932 ditemukan lampu luah dengan gas Sodium tekanan rendah, dan tahun 1935 dikembangkan lampu luah dengan gas Merkuri, dan kemudian tahun 1939 berhasil dikembangkan lampu Fluorescen, yang biasa dikenal dengan lampu neon. Selanjutnya lampu Xenon tahun 1959. Khusus lampu sorot dengan warna yang lebih baik telah dikembangkan gas Metalhalide (Halogen yang dicampur dengan Iodine) pada tahun 1964, sampai pada akhirnya lampu Sodium tekanan tinggi tahun 1965. Prinsip emisi elektron ini yang dapat meningkatkan efficacy lampu diatas 50 Lumen/W, jauh lebih tinggi dibanding dengan prinsip pemijaran. Hal ini jelas karena rugi energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya melalui proses emisi elektron dapat dihemat banyak sekali dibanding dengan cara pemijaran dimana energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya banyak yang hilang terbuang menjadi energi panas (sebelum menjadi energi cahaya). Distribusi energi yang diubah menjadi energi cahaya. 
Pada era yang terakhir telah dikembangkan lampu pijar dengan sistem induksi magnit yang mempunyai umur paling lama dari lampu-lampu jenis lain + 60.000 jam. Namun hal ini masih dalam tahap penelitian. Dan penelitian & pengembangan (R & D) guna mendapat nilai ekonomi yang lebih baik (benefit/cost rtio). Untuk sistem penerangan dekade 90-an yang banyak digunakan oleh masyarakat umum saat ini adalah jenis lampu frluorescen kompak model SL atau PL dan ini yang dikenal lampu hemat energi (LHE).  
Lampu Hemat Energi (LHE) & Ballas Elektronik (BE)
Lampu Hemat Energi (LHE)
 
Seperti telah diuraikan diatas bahwa jenis yang dimaksud jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih dikenla dengan lampu neon. Sekarang ini yang sedang populer dan giat-giatnya dipublikasikan oleh para produsen perlampuan adalah lampu fluorescen model SL & PL. Lampu model SL & PL pada prinsipnya secara teknis sama dengan model lampu jenis fluorescen biasa yaitu efficacy lampu berkisar 60 Lumen/W, hanya keistimewaan mempunyai bentuk yang ringkas, tidak memanjang seperti lampu fluorescen biasa, komponen elektrisnya yang terdiri dari ballas, capasitor dan stater terpadu dalam suatu kesatuan dalam lampu dan disebut model SL, sedangkan model PL untuk komponen elektrisnya terpisah dari lampu . Bentuk kaki lampu dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukkuran standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penggantian pada lampu pijar diubah menjadi lampu fluorescen . Ada juga lampu fluorescen model ring yang kaki lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar E.27. 
Renderasi warna (Colour rendering) dapat dipilih berbagai masam sesuai yang diinginkan oleh konsumen, Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar / acuanyang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. 
Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day ligh, dll, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lempu fluorescen dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. 
Umur lampu fluorescen adalah 8000 jam, lebih lama bila dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1000 jam.
Ballas Elektronik (BE) :
Ballas jenis ini mempunyai keunikan khusus, yaitu sistem bekerjanya tidak lagi menggunakan gulungan (kumparan) kawat pada suatu inti besi, tetapi telah diganti dengan sistem rangkaian elektronik sehingga besarnya rugi-rugi pada inti besi, pada kumparan menjadi tidak adalagi, dan hanya sedikit rugi saja karena rangkaian/sirkit. Inilah yang paling menguntungkan dalam penghematan energi listrik yang diserapnya. Keuntungan lain yang didapat adalah dapat diatur konsumsi arus listriknya dengan tetap mempertahankann besar tegangan yang diinginkan, sehingg ballas elektronik dapat digunakan untuk sistem pengaturan energi listrik sesuai yang dibutuhkan pada suat ruangan. Dengan sistem sirkit elektronik maka ballas menjadi lebih ringan dan lebih kecil dibandingkan dengan ballas konvensional (sistem gulungan kawat).



Sumber: http://elektroindonesia.com/elektro/no1a.html

Lampu Pijar Terkecil Di Dunia

Pertama kalinya atas jasa seorang Thomas Alva Edison pada tahun 1879 yang telah menemukan lampu listrik. Kini, dalam rentang waktu yang begitu lama. Kurang lebih 130 tahun, telah diciptakan lampu pijar terkecil didunia oleh sebuah tim dari Institut NanoSystems Calyfornia UCLA.
Dengan menyatukan dua hal pokok dari teori fisika yang bertentangan, yakni termodinamika dan mekanika quantum, sebuah tim dari UCLA (Departemen Fisika dan Astronomi) yang terdiri dari Chris Regan, Yuwei Fan, Scott Singer dan Ray Bergstorm akhirnya menciptakan sebuah lampu pijar terkecil dari penelitian mereka dengan menyatukan termodinamika dan mekanika kuantum.
Lampu pijar ini memanfaatkan kawat pijar yang terbuat dari karbon single nanotube yang hanya selebar 100 atom. Dengan kasat mata, kawat pijar tak terlihat sama sekali ketika lampu dimatikan, tetapi tampak bagaikan titik cahaya kecil ketika lampu dinyalakan.
Kurang dari 20 juta atom, kawat pijar tabung nano cukup besar keduanya untuk menerapkan asumsi statistik dari termodinamika dan cukup kecil untuk mempertimbangkan sebagai sebuah molekular itulah yang disebut sistem mekanik kuantum.
Karena radiasi black-body dan skala ukuran (nano) adalah perbatasan antara kedua teori, kita berpikir hal ini adalah sebuah perjanjian sistem untuk diselidiki,” Regan mengatakan, “Tabung nano karbon yang digunakan sebagai lampu kawat pijar ideal untuk tujuan mereka karena kecil dan stabilitas temperatur yang luar biasa.”
Tabung-tabung nano Karbon yang ditemukan pada tahun 1991, menggunakan karbon dalam satu bola lampu bukanlah satu ide baru. Thomas Alva Edison pada bola lampu aslinya pun menggunakan kawat pijar karbon. Penelitian yang dilakukan oleh tim UCLA tersebut persis seperti Edison, kecuali kawat pijar mereka adalah 100,000 kali lebih sempit dan 10,000 kali lebih pendek, untuk satu total volume hanya satu dari 1 millyar pada Edison.


Sumber: http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_fisika/telah-diciptakan-lampu-pijar-terkecil-didunia/

Bagaimana Lampu Pijar Menghasilkan Cahaya

Pada tahun 1880, seorang Inggris yang bernama Humphry Davy melakukan eksperimen-eksperimen tertentu dengan tenaga listrik. Ia mempunyai apa yang sekarang kita namakan baterai listrik, tetapi baterai itu sangat lemah.
 

Ia menghubungkan kawat-kawat ke ujung-ujung baterai dan menempelkan sepotong karbon pada masing-masing dari ujung-ujung kawat yang bebas. Dengan menyentuh dua potong karbon bersama-sama dan menariknya agar terpisah, ia menghasilkan cahaya yang mendesis.

Ini dinamakan "busur listrik", tetapi ini adalah bukti pertama bahwa cahaya listrik itu dapat dibuat. Davy juga mengganti dua potong karbon dengan kawat platina tipis yang menghubungkan kedua ujung kawat yang menuju kepada baterai. Ketika arus listrik melewati kawat platina itu, kawat menjadi panas dan mulai berpijar dan menghasilkan cahaya!

Kesulitan dengan cahaya-cahaya listrik sederhana ini adalah bahwa sumber tenaga listrik tidak cukup kuat. Jadi seorang murid Davy, Michael Faraday, mengadakan eksperimen yang mengarah kepada pengembangan generator-generator listrik. Dengan menggunakan mesin-mesin uap untuk menggerakkan generator-generator itu, ditemukan sumber-sumber tenaga listrik yang lebih baik.

Sementara itu, di Amerika Serikat, Thomas Edison mengadakan eksperimen dengan benang-benang karbon tipis. Ketika benang karbon, atau filamen, dipanaskan dengan mengalirkan arus listrik kepadanya, benang itu berpijar. Jika ini dilakukan di udara, karbon itu sendiri akan membakar.

Jadi, Edison menaruhnya di dalam bola lampu kaca dan mengeluarkan udara dari dalamnya. Karena tidak ada oksigen di dalam bola lampu itu, karbon tidak dapat membakar.

Bola lampu itu berpijar dengan terang dan padam secara sangat perlahan-lahan. Sekarang kita mempunyai lampu pijar listrik yang menghasilkan cahaya yang sangat terang.

 

Tetapi para ilmuwan mengetahui bahwa semakin filamen dipanaskan, semakin kuat cahaya yang dihasilkan. Jadi mereka mencari bahan-bahan yang dapat dipanaskan sampai suhu-suhu tinggi tanpa mencair.

Salah satu dari bahan-bahan ini adalah tantalum, sebuah logam yang mencair pada suhu 5.160 derajat Fahrenheit. Logam itu diubah menjadi kawat-kawat halus dan digunakan untuk filamen-filamen lampu pada tahun 1905.

Sebuah logam yang bahkan lebih baik untuk filamen adalah tungsten, karena logam itu mencair pada suhu 6.100 derajat Fahrenheit. Pada mulanya tidak seorang pun yang dapat mengubah tungsten menjadi kawat dan memerlukan waktu selama bertahun-tahun untuk mengembangkan proses ini.

Sekarang, lampu-lampu filamen tungsten adalah lampu-lampu yang paling banyak digunakan dan kira-kira 1.000.000.000 dari lampu-lampu itu dibuat di Amerika Serikat setiap tahunnya!